Analisis Teori Keheningan Pada Persepsi Publik Terkait Program “Lapor Mas Wapres” oleh Media Massa

Abstract

Gibran Rakabuming Raka meluncurkan program “Lapor Mas Wapres” untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyat melalui penampungan aspirasi dan keluhan masyarakat. Meskipun dipuji sebagai langkah inovatif, program ini menuai polemik di media massa, dengan kritik yang menyebutnya lebih sebagai strategi politik untuk membangun citra Gibran sebagai pemimpin muda pro-rakyat. Tindak lanjut yang lambat dan pemberitaan yang terlalu fokus pada keberhasilan program memperkuat anggapan bahwa ini lebih bertujuan politik daripada untuk melayani rakyat. Gibran juga menghadapi stigma terkait statusnya sebagai anak mantan Presiden Jokowi, yang dianggap mempengaruhi karier politiknya, dengan narasi bahwa posisinya sebagai wakil presiden lebih karena pengaruh keluarga daripada kapabilitas pribadi. Melalui pendekatan kualitatif dengan paradigma post-positivisme, penelitian ini memanfaatkan analisis framing untuk memahami bagaimana media massa membentuk narasi mengenai program tersebut. Teori Keheningan digunakan untuk menjelaskan bagaimana opini mayoritas yang dibentuk oleh media memengaruhi keberanian individu dalam menyuarakan pandangan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media pro-pemerintah cenderung membingkai program ini secara positif, menonjolkan keberhasilannya dalam merespons aspirasi masyarakat. Sebaliknya, media kritis menyoroti keterbatasan program, seperti lambannya tindak lanjut laporan masyarakat, dan mencurigai adanya motif pencitraan politik. Narasi dominan media menciptakan polarisasi opini, dengan sebagian mendukung program sebagai inovasi, sementara lainnya skeptis terhadap efektivitasnya, dipengaruhi stigma politik terhadap Gibran sebagai anak mantan presiden. Penelitian ini menyimpulkan media berperan besar dalam membentuk opini publik dan menekankan pentingnya analisis kritis terhadap framing media dalam isu politik.